ada  beberapa poster dan leaflet TB Paru, sayang kalo mau di delete gitu aja ya udah di posting disini aja...










leaflet SADARI (periksa payudara sendiri)




Pertolongan Pertama Bagi Penderita Henti Jantung

Data American Heart Association (AHA) menyebutkan 50 % dari orang yang mengalami henti jantung atau hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba merupakan orang yang sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
            Meski didasarkan pada kejadian di Amerika, data itu menunjukkan serangan penyakit jantung bisa menimpa setiap orang di mana saja dan kapan saja.
            Dalam kondisi demikian, keberadaan orang-orang yang mampu member pertolongan pertama secara benar sangat diperlukan. Atas dasar itulah Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita mengadakan kompetisi resusitasi jantung paru atau tindakan bantuan hidup jantung bagi pegawai nonmedis rumah sakit se-Jakarta, kemarin.
            “Tanpa pertolongn yang cepat dan tepat dalam 4 menit, kesempatan hidup seseorang yang mengalami henti napas dan henti jantung dapat hilang 60%-80%,” ujar dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah RSJPD Harapan Kita, Basuni Radi.
            Basuni menjelaskanyang pertama-tama harus dilakukan dalam menolong orang dengan kondisi gawat darurat ialah memastikan situasi sekitar memeungkinkan untuk memeberi pertolongn. Kedua, penolong harus mengecek tingkat kesadaran orang tersebut, misalnya dengan cara menepuk bahu dan menanyakan kondisinya.
            Jika tidak ada respons, orang tersebut mungkin tidak sadar. Langkah selanjutnya ialah mengecek apakah dia bernapas atau tidak serta mengecek denyut jantungnya dengan meraba nadi dia area leher. Bila terjadi henti napas dan henti jantung, penolong harus segera memberikan resusitai jantung paru secara benar. Teknik itu dilakukan dengan menekan dada member napas buatan.
            “Teknik resusitasi jantung inilah yang idealnya harus dipelajari masyarakat agar sewaktu-waktu dibutuhkan, mereka bisa member pertolongan,” imbuh Basuni.
            Tindakan resusitasi jantung paru atau bantuan hidup jantung (basic cardiac life support) itu dikondisikan untuk kejadian henti jantung yang ada di luar rumah sakit sebelum mendapat perawatan lebih lanjut tanpa menggunakan peralatan medis. Berdasar data di Amerika, sekitar 383 ribu kasus serangan henti jantung mendadak terjadi di luar rumah sakit setiap tahunnya.
            “Karena itulah, idealnya tindakan ini dikuasai sebanyak mungkin warga. Di Jepang yang sistemnya sudah bagus, angka keberhasilan resusitasi ini mencapai 5%-75% bagi penderita yang mengalami henti jantung,” tutur Basuni. (*/H-3)

Dikutip dari: Media Indonesia edisi Rabu, 28 November 2012

Seputar Kesehatan: Musik dengan Gangguan Tidur

13.22 Diposting oleh Unknown 0 komentar

Musik dan gangguan kerja tidur


Kebanyakan orang yang mengalami insomnia biasanya sudah mencoba berbagai cara untuk mengatasi gangguan tidur itu, mulai minum susu hangat, pil-pil melatonin, hingga resep obat untuk merangsang rasa kantuk. Semua itu memiliki tingkat keberhasilan berbeda dan tentu saja diiringi dengan efek samping yang tidak terhindarkan.
Namun bagaimana caranya Anda bisa tidur tanpa zat-zat kimia? Peneliti di Wake Forest Baptist Medical Center, Amerika Serikat, baru-baru ini meneliti cara mengatasi insomnia melalui penyeimbangan aktivitas otak. Hasilnya, musik ternyata bisa menyeimbangkan aktivitas otak me-reset otak, dan secara efektif mengurangi insomnia.
Pemimpin penelitian Charles H Tegeler menjelaskana otak manusia terdiri dari bagian kiri dan kana yang bekerja sama sebagai pengolah paralel. Saat terjadi ketidakseimbangan, insomnia bisa terjadi. (Science Daily/*/X-5)

dikutip dari: Media Indonesia 26 November 2012


Semoga Bermanfaat !

Kerja lutut dan sakit lutut


Media indonesia edisi 29 november 2012


Kerja lutut dan sakit lutut


Teknologi digital memebuat pekerja bisa menyesaikan tugas dari belakang meja. Namun, menurut juru bicara masyarakat fisioterapi Inggris Sammy Margo, kondisi seperti itu berdampak buruk pada kesehatan, terutama di bagian lutut.
            Penyataan Margo itu berdasarkan kesimpulan fisioterapi di Inggris setelah mengamati 1.600 pekerja usia 16-65 tahun pasien di rumah sakit selama dua tahun. Hasilnya seperempat dari pekerja tersebut mengeluh sakit lutut. Penyebabnya secara umum diketahui karena dua hal, yakni akibat pekerjaan di belakang meja dan obesitas.
            Margo menjelaskan selama 25 tahun ia telah banyak mengoperasi pasien yang menderita sakit lutut. Selama itu ia melihat mereka yang menderita itu umumnya bekerja selama 10-20 tahun di belakang meja. Penderita sakit lutut yang paling mengalami nyeri secara konstan ialah mereka yang telah berusia di atas 50 tahun. (Daily Mail/Kid/X-5)

dikutip dari: Media Indonesia edisi 29 November 2012

Pertolongan Pertama Bagi Penderita Henti Jantung


Pertolongan Pertama Bagi Penderita Henti Jantung

Data American Heart Association (AHA) menyebutkan 50 % dari orang yang mengalami henti jantung atau hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba merupakan orang yang sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
            Meski didasarkan pada kejadian di Amerika, data itu menunjukkan serangan penyakit jantung bisa menimpa setiap orang di mana saja dan kapan saja.
            Dalam kondisi demikian, keberadaan orang-orang yang mampu member pertolongan pertama secara benar sangat diperlukan. Atas dasar itulah Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita mengadakan kompetisi resusitasi jantung paru atau tindakan bantuan hidup jantung bagi pegawai nonmedis rumah sakit se-Jakarta, kemarin.
            “Tanpa pertolongn yang cepat dan tepat dalam 4 menit, kesempatan hidup seseorang yang mengalami henti napas dan henti jantung dapat hilang 60%-80%,” ujar dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah RSJPD Harapan Kita, Basuni Radi.
            Basuni menjelaskanyang pertama-tama harus dilakukan dalam menolong orang dengan kondisi gawat darurat ialah memastikan situasi sekitar memeungkinkan untuk memeberi pertolongn. Kedua, penolong harus mengecek tingkat kesadaran orang tersebut, misalnya dengan cara menepuk bahu dan menanyakan kondisinya.
            Jika tidak ada respons, orang tersebut mungkin tidak sadar. Langkah selanjutnya ialah mengecek apakah dia bernapas atau tidak serta mengecek denyut jantungnya dengan meraba nadi dia area leher. Bila terjadi henti napas dan henti jantung, penolong harus segera memberikan resusitai jantung paru secara benar. Teknik itu dilakukan dengan menekan dada member napas buatan.
            “Teknik resusitasi jantung inilah yang idealnya harus dipelajari masyarakat agar sewaktu-waktu dibutuhkan, mereka bisa member pertolongan,” imbuh Basuni.
            Tindakan resusitasi jantung paru atau bantuan hidup jantung (basic cardiac life support) itu dikondisikan untuk kejadian henti jantung yang ada di luar rumah sakit sebelum mendapat perawatan lebih lanjut tanpa menggunakan peralatan medis. Berdasar data di Amerika, sekitar 383 ribu kasus serangan henti jantung mendadak terjadi di luar rumah sakit setiap tahunnya.
            “Karena itulah, idealnya tindakan ini dikuasai sebanyak mungkin warga. Di Jepang yang sistemnya sudah bagus, angka keberhasilan resusitasi ini mencapai 5%-75% bagi penderita yang mengalami henti jantung,” tutur Basuni. (*/H-3)

Dikutip dari: Media Indonesia edisi Rabu, 28 November 2012

Pertolongan Pertama Bagi Penderita Henti Jantung

06.24 Diposting oleh Unknown 0 komentar

Pertolongan Pertama Bagi Penderita Henti Jantung

Data American Heart Association (AHA) menyebutkan 50 % dari orang yang mengalami henti jantung atau hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba merupakan orang yang sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
            Meski didasarkan pada kejadian di Amerika, data itu menunjukkan serangan penyakit jantung bisa menimpa setiap orang di mana saja dan kapan saja.
            Dalam kondisi demikian, keberadaan orang-orang yang mampu member pertolongan pertama secara benar sangat diperlukan. Atas dasar itulah Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita mengadakan kompetisi resusitasi jantung paru atau tindakan bantuan hidup jantung bagi pegawai nonmedis rumah sakit se-Jakarta, kemarin.
            “Tanpa pertolongn yang cepat dan tepat dalam 4 menit, kesempatan hidup seseorang yang mengalami henti napas dan henti jantung dapat hilang 60%-80%,” ujar dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah RSJPD Harapan Kita, Basuni Radi.
            Basuni menjelaskanyang pertama-tama harus dilakukan dalam menolong orang dengan kondisi gawat darurat ialah memastikan situasi sekitar memeungkinkan untuk memeberi pertolongn. Kedua, penolong harus mengecek tingkat kesadaran orang tersebut, misalnya dengan cara menepuk bahu dan menanyakan kondisinya.
            Jika tidak ada respons, orang tersebut mungkin tidak sadar. Langkah selanjutnya ialah mengecek apakah dia bernapas atau tidak serta mengecek denyut jantungnya dengan meraba nadi dia area leher. Bila terjadi henti napas dan henti jantung, penolong harus segera memberikan resusitai jantung paru secara benar. Teknik itu dilakukan dengan menekan dada member napas buatan.
            “Teknik resusitasi jantung inilah yang idealnya harus dipelajari masyarakat agar sewaktu-waktu dibutuhkan, mereka bisa member pertolongan,” imbuh Basuni.
            Tindakan resusitasi jantung paru atau bantuan hidup jantung (basic cardiac life support) itu dikondisikan untuk kejadian henti jantung yang ada di luar rumah sakit sebelum mendapat perawatan lebih lanjut tanpa menggunakan peralatan medis. Berdasar data di Amerika, sekitar 383 ribu kasus serangan henti jantung mendadak terjadi di luar rumah sakit setiap tahunnya.
            “Karena itulah, idealnya tindakan ini dikuasai sebanyak mungkin warga. Di Jepang yang sistemnya sudah bagus, angka keberhasilan resusitasi ini mencapai 5%-75% bagi penderita yang mengalami henti jantung,” tutur Basuni. (*/H-3)

Dikutip dari: Media Indonesia edisi Rabu, 28 November 2012